Barthwal (2010) menyatakan bahwa awal mula dari perumusan elemenelemen ekonomika industri sulit diketahui. Meskipun demikian, mengacu pada Hamprey (1940) dan Shepherd (1979), Barthwal (2010) menyatakan bahwa sejumlah bahasan terkait praktik monopoli dan beberapa elemen lain dari ekonomika industri sudah ada sejak tahun 2100 SM. Namun demikian, sejarah ekonomika industri modern berawal pada abad 17 ketika Adam Smith mengeluarkan buku The Wealth of Nations (1776). Teori perusahaan yang dikemukakan oleh Smith dianggap sebagai awal mula lahirnya ekonomi industri kontemporer atau biasa disebut “the mother of the contemporary industrial economics” (Barthwal, 2004). Kontribusi utama Adam Smith yang selanjutnya menjadi basis acuan ekonomika industri adalah konsep pembagian kerja (division of labor) dan analisis harga produk. Sebagai tambahan, dalam analisis harga produk, Smith memperkenalkan konsep harga pasar (market price) yang ditentukan oleh pasar dan konsep harga alamiah (natural price) yang ditentukan berdasarkan faktor produksi tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi.
Pada periode selanjutnya, pertengahan abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19, analisis ekonomi terkait aktivitas industri lebih banyak berkutat pada metodologi (Barthwal, 2007). Dalam menganalisis perilaku ekonomi perusahaan dan industri, aliran pemikiran Jevons mengikuti metode yang sifatnya abstrak, mengacu pada pola pikir deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis teori perusahaan. Sementara itu, aliran pemikiran lainnya (historical school) mengacu pada pola pikir induktif melalui pendekatan empiris. Meskipun demikian, terdapat ekonom, seperti Alfred Marshall dan Joseph Schumpeter yang mengombinasikan analisis deduktif dan induktif dalam analisisnya. Kontribusi pemikiran terhadap ekonomika industri pada fase ini berupa teori permintaan, khususnya teori utilitas serta penyempurnaan konsep biaya dan faktor produksi oleh William Stanley Jevons. Pada fase ini, W.S. Jevons, F. Y. Edgeworth, J. B. Clark dan F. Knight berkontribusi terhadap munculnya konsep biaya rata-rata, penyamaan harga dan berbagai asumsi yang selanjutnya digunakan untuk memperbaiki model pasar persaingan sempurna. Alfred Marshall menulis buku Principle of Economics (1890) dan Industry and Trade (1919) berdasarkan kekagumannya pada teori utilitas yang dibangun oleh Jevons dan teori kelembagaan yang dibangun oleh aliran historical school. Sementara itu, Schumpeter menuliskan berbagai konsep terkait kewirausahaan dan inovasi, serta mengemukakan analisis kompetisi yang dikombinasikan dengan pengetahuannya sebagai ekonom pembangunan.
Berikutnya, sekitar periode 1930-an hingga 1940-an, asumsi pasar yang kompetitif dianggap kurang mampu menjelaskan perilaku perusahaan. Hal ini, ditandai dengan munculnya teori kompetisi yang tidak sempurna (imperfect competition) oleh Joan Robinson (1933) dan analisis kompetisi monopolistik oleh Edward Chamberlin (1933). Dua teori tersebut selanjutnya mendorong munculnya analisis aktivitas industri yang memperhatikan isu, seperti duopoli,oligopoli, diversifikasi produk, perilaku iklan, penelitian dan pengembangan, serta kebijakan harga dalam perusahaan atau industri. Pada masa ini, Harold Hotelling mengakomodasikan aspek diferensiasi barang dan dimensi spasial untuk menjelaskan kompetisi di pasar. Pada waktu yang sama, Kelvin Lancaster membangun teori konsumen yang lebih relevan dengan perilaku industri. Kemudian, Von Neumann dan Morgensten, pada tahun 1940-an membangun teori permainan yang selanjutnya dijadikan dasar pengembangan teoriperusahaan. Pada fase ini, seiring munculnya berbagai analisis ekonomi terkait industri yang lebih relevan bagi perusahaan dan industri, teori perusahaan tradisional harus mengalami banyak penyesuaian.
Pada periode selanjutnya, ekonomika industri mulai berkembang dengan sangat cepat. Pada tahun 1950-an, ekonomika industri menjadi salah satu cabang ilmu ekonomi yang berdiri secara independen (Clarke, 2003; Barthwal, 2007). Periode 1950 dan 1960-an merupakan sejarah bagi munculnya pemikiranpemikiran fundamental yang berkontribusi besar bagi perkembangan ekonomika industri. Pembahasan ekonomika industri secara lebih komprehensif diawali oleh buku tentang struktur pasar yang ditulis Berle dan Means pada tahun 1931 berjudul The Modern Corporation and Private Property dan Edward S. Mason pada tahun 1957 berjudul Economic Concentration and the Monopoly Problem (Hasibuan, 1993). Selanjutnya, Joe S. Bain mengembangkan pemikiran dan analisis yang dirintis oleh gurunya, Mason, dengan menulis buku terkait struktur, perilaku, dan kinerja industri yang berjudul Industrial Organization pada tahun 1997. Melalui buku tersebut, Bain membangun kerangka analisis industri Structure-Conduct-Performance atau yang biasa disebut analisis SCP.
Perkembangan pendekatan ekonomika industri sejak masa Adam Smith hingga masa ini dapat digambarkan pada diagram di bawah ini (Hasibuan, 1993).
Gambar :Perkembangan Pendekatan Ekonomika Industri
Pengaruh analisis SCP semakin berperan dalam analisis ekonomika industri. Meskipun demikian, terdapat sejumlah keterbatasan yang muncul dari analisis SCP. Oleh karena itu, muncul berbagai teori dan alat analisis yang menjadi alternatif maupun melengkapi kerangka analisis SCP. Analisis Robin Marris (1964) mengenai peran perilaku manajerial dalam konteks korporasi modern telah mendorong munculnya kerangka analisis Techno-Structure yang selanjutnya dikembangkan oleh John Kenneth Galbraith. Cyerth dan March (1963) mengembangkan teori perilaku perusahaan. Herbert A. Simon (1950) mempelajari pentingnya proses pengambilan keputusan dalam konteks organisasi industri sebagai unit administratif. Sementara itu, George J. Stigler berfokus pada analisis struktur oligopoli. Berbagai pemikiran tersebut berkontribusi terhadap cepatnya perkembangan berbagai aspek ekonomika industri pada masa ini.
Pada periode selanjutnya hingga saat ini, analisis isu secara teoritis maupun empiris menjadi kajian ekonomika industri semakin luas dan semakin menekankan pengaruh faktor kelembagaan dalam analisisnya. Beberapa aspek baru yang dibahas mencakup perilaku stratejik, dinamika industri, laboratory experiments, konvergensi transaksi, efisiensi kontrak, persaingan nonharga, struktur finansial dan jasa finansial, serta perilaku nonkooperatif (Barthwal, 2010). Di samping itu, perkembangan analisis juga tidak lagi terbatas pada aspek mikro, seperti konsentrasi pasar, produk, permodalan, bentuk-bentuk persaingan, permasalahan biaya, dan efisiensi alokatif, tetapi juga semakin banyak dikaitkan dengan aspek-aspek makro, seperti kebijaksanaan pemerintah tentang proteksi, hambatan pasar (barriers to entry), hambatan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan investasi asing (Hasibuan, 1993).
Baca : PENGERTIAN EKONOMIKA INDUSTRI
0 Komentar untuk "SEJARAH DAN PEMBENTUKAN ELEMEN-ELEMEN EKONOMIKA INDUSTRI"